Cahaya rembulan masuk menerobos jendela kamarku, yang terletak di lantai 2. Rupanya, sinar rembulan sama terangnya dengan suasana hatiku malam ini. Rapat OSIS tadi mengumumkan kalo akan mengundang RAN datang kesekolahku. Mereka memang band favoritku. Meskipun aku akan membuat surat ini-itu, mencari donatur, dan seabrek tugas lainnnya untuk acara ini, aku gak keberatan. Kan nantinya, anak-anak OSIS pasti bisa foto bareng, sekedar ngobrol sedikit, de el el. Hehe :D.
Aku membuka blogku. Ku posting segala ceritaku hari ini, mulai insiden bola sampai liku-liku rapat OSIS setuju untuk mengundang RAN datang kesekolah. Jariku seolah terhipnotis untuk mengetik ceritaku,dan ceritaku, mengalir begitu saja dalam otakku. Aku sempat berhenti sejenak saat mengetikkan insiden bola tadi. Membayangkannya saja, membuat hatiku berdebar. Ya, dialah Rendra. Cowok yang menendang bola yang tak sengaja ke arahku, mencari kacamataku, dan meminta maaf. Tapi, aku pikir, dia tahu aku karena kami sekelas. Dia pujaan cewek-cewek di sekolah. Sayang, dia begitu cool, tapi senyumnya mirip matahari di musim panas. Silau. Tapi menyenangkan. Oh, sudahlah. Bagaikan si pungguk merindukan bulan, ujarku lirih. Akhirnya selesai penglamanku hari ini, dan segera kuterbitkan.
Aku melangkah ke meja rias, memperhatikan pantulan yang ada dalam cermin itu. Badannya lumayan, rambutnya hitam panjang, dikuncir kuda, hidungnya mancung, bibirnya biasa, bulu matanya panjang tapi tak lentik, dan berkacamata. Itu aku. Bukannya aku sombong, tapi dengan begini, aku akan lebih mensyukuri segala pemberian-Nya. Bukan kaya cewek-cewek, yang tiap hari dandan demi menarik simpati cowok cowok. Buat apa coba? Jodohhkan ditangan Allah. Kok jadi ceramah agama gini? Hoho. Tapi, memang sih, cewek seperti aku mana pantes sama si Rendra yang masuk dalam daftar Most Wanted Boy di sekkolahku. Oh, sudahlah. Dengan lelah, aku melangkah gontai, menghamburkan diri ke kasur. Pikiran-pikiran tadi meluap, dan terbang bersama mimpi. Aku terlelap.
Aku membuka blogku. Ku posting segala ceritaku hari ini, mulai insiden bola sampai liku-liku rapat OSIS setuju untuk mengundang RAN datang kesekolah. Jariku seolah terhipnotis untuk mengetik ceritaku,dan ceritaku, mengalir begitu saja dalam otakku. Aku sempat berhenti sejenak saat mengetikkan insiden bola tadi. Membayangkannya saja, membuat hatiku berdebar. Ya, dialah Rendra. Cowok yang menendang bola yang tak sengaja ke arahku, mencari kacamataku, dan meminta maaf. Tapi, aku pikir, dia tahu aku karena kami sekelas. Dia pujaan cewek-cewek di sekolah. Sayang, dia begitu cool, tapi senyumnya mirip matahari di musim panas. Silau. Tapi menyenangkan. Oh, sudahlah. Bagaikan si pungguk merindukan bulan, ujarku lirih. Akhirnya selesai penglamanku hari ini, dan segera kuterbitkan.
Aku melangkah ke meja rias, memperhatikan pantulan yang ada dalam cermin itu. Badannya lumayan, rambutnya hitam panjang, dikuncir kuda, hidungnya mancung, bibirnya biasa, bulu matanya panjang tapi tak lentik, dan berkacamata. Itu aku. Bukannya aku sombong, tapi dengan begini, aku akan lebih mensyukuri segala pemberian-Nya. Bukan kaya cewek-cewek, yang tiap hari dandan demi menarik simpati cowok cowok. Buat apa coba? Jodohhkan ditangan Allah. Kok jadi ceramah agama gini? Hoho. Tapi, memang sih, cewek seperti aku mana pantes sama si Rendra yang masuk dalam daftar Most Wanted Boy di sekkolahku. Oh, sudahlah. Dengan lelah, aku melangkah gontai, menghamburkan diri ke kasur. Pikiran-pikiran tadi meluap, dan terbang bersama mimpi. Aku terlelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar